Pernah punya ekspektasi terhadap sesuatu? bagaimana ketika realitanya tidak sesuai ekspektasi yang kita inginkan? kadang, ekspektasi yang terlalu tinggi terhadap suatu hal pun tidak bagus ya. Karena ketika realitanya bertolak belakang, lupa sama rasa syukur.
Setiap orang tua pasti punya ekspektasi pada masing-masing anaknya, pengen anaknya begini atau pun begitu. Entah si anak setuju atau tidak. Tapi, ketika kenyataannya tidak sesuai yang diinginkan, anak pun seakan-akan berada pada posisi yang salah dan disalahkan. Padahal si anak tidak melakukan kesalahan.
Sering denger dan sering ngalamin ga sih orang tua yang suka membanding-bandingkan anaknya yang satu dengan anaknya yang lain, bahkan dengan anak orang lain? Padahal kan tiap anak punya porsinya masing-masing, punya fitrahnya tersendiri. Akibat ekspektasi yang tinggi, lupa sama rasa syukur ketika realitanya tidak sesuai. Seakan sudah lupa kalo anak sendiri pun pasti punya kelebihan, punya keistimewaan dan punya sesuatu yang bisa dibanggakan.
Contoh berdasarkan sedikit pengalaman pribadi dan pengalaman teman-teman hasil survey.
Contoh berdasarkan sedikit pengalaman pribadi dan pengalaman teman-teman hasil survey.
Semuanya serba si anu dan si ono. Panas ga sih telinga kalo semuanya serba si anu dan si ono?"Tuh liat si anu, tetap kerja walau punya anak bayi " "tuh liat si ono, gajinya gede" "tuh liat si anu, orangnya serba bisa" "tuh liat si anu, keliatannya cerdas" "tuh liat si ono, orangnya dewasa".
Contoh lain, ketika si anak kerjaannya hanya di rumah padahal dikuliahi tinggi-tinggi - langsung dibanding-bandingi sama anak tetangga yang sudah sibuk kerja yang notabene pendidikannya tidak sampai kuliah. Padahal, ga selamanya si anak cuma diem di rumah. Bisa jadi di balik diamnya, si anak sedang berusaha agar kelak bisa mensejahterakan dirinya dan keluarganya.
Akibat ekspektasi yang terlampau tinggi yang tidak sesuai dengan realitanya. Si anak pun serba salah dan disalahkan, bahkan ada yang disebut bikin malu keluarga. Padahal, si anak tidak salah. Hanya karena realitanya yang tidak sejalan dengan ekspektasi orang tua yang tinggi.
Jika saja diselipi sedikit rasa syukur ketika kenyataannya bertolak belakang, betapa hebatnya si anak. Karena faktanya, pasti banyak yang lebih kurang dari si anak, pasti banyak yang lebih di bawah si anak.
Tapi lagi-lagi karena kurangnya rasa syukur, sehingga yang terlihat adalah semua yang melebihi si anak tanpa mengetahui pasti bahwa mereka pun belum tentu seistimewa yang dipikirkan.
Tapi lagi-lagi karena kurangnya rasa syukur, sehingga yang terlihat adalah semua yang melebihi si anak tanpa mengetahui pasti bahwa mereka pun belum tentu seistimewa yang dipikirkan.
Walau kadang bikin telinga panas dan hati mendidih. Ekspektasi orang tua terhadap anaknya memang untuk kebaikan anak-anaknya juga, hanya saja sedikit salah dalam menyampaikan evaluasinya ketika kenyataannya tidak sesuai.
Meski begitu, apalah jadinya si anak tanpa orang tua. Walau kadang tidak sejalan dengan si anak, orang tua tetaplah malaikat tanpa sayap yang senantiasa mengiringi langkah si anak. Karena tanpa mereka, si anak bukanlah siapa-siapa. Betul? Hehe
Meski begitu, apalah jadinya si anak tanpa orang tua. Walau kadang tidak sejalan dengan si anak, orang tua tetaplah malaikat tanpa sayap yang senantiasa mengiringi langkah si anak. Karena tanpa mereka, si anak bukanlah siapa-siapa. Betul? Hehe
betul, memang janagn terlalu berharap terlalu tinggi katanya nanti kecewa, disesuaikan dengan kemampuan
BalasHapusBener banget mba. Kecewa yang ada ya
HapusKalo sekarang mencoba utk ga membuat ekspektasi berlebihan terhadap anak. Krn dlu pernah ngalamin dan rasanya ga enak sama sekali. Sekarang saya lebih fokus dlm menggali potensi anak sendiri drpd melihat kelebihan anak org lain. Krn sy meyakini tidak ada anak yang bener2 bodoh, semua anak itu terlahir dg potensi yg berbeda, tinggal kita ortunya mampu ga menemukan potensi itu ?
BalasHapusIya mba, pelajaran ya buat kita ke anak-anak, karna ga enak bgt deh dibanding-bandingin tuh. Btw makasih sudah mampir mba
Hapusaku dulu pun masih kecil tidak suka dibaning-bandingkan...sekarang aku coba menerapkan pada diriku sendiri yaitu tidak membanding-bandingkan anak-anakku, baik sama saudara sendiri atau orang lain....
BalasHapusIya mba setuju bgt. Karna sakit hati bgt ya rasanya huhu. Btw makasih sudah mampir mba
HapusEkspektasi tinggi bisa bikin pede anak berkurang, merasa selalu kalah. Akhirnya anak gak pernah sadar kalau punya kelebihan.
BalasHapusBukannya bikin semangat malah bikin down ya mba yg ada, karna merasa disudutkan jadi ga pede dgn kemampuan sendiri.Btw makasih sudah mampir mba
Hapussaya dulu juga pernah dibanding-bandingkan waktu jaman smp sama orangtua. Akhirnya, saya malah jadi ga semangat dan malah bikin nlai saya turun. Kayaknya habis itu orangtua jadi kapok dan ga pernah ngebanding-bandingin lagi..hehe
BalasHapusIya mba padahal tiap anak pasti punya kelebihan tersendiri ya. Hehe orang tuanya yg kapok. Btw makasih sudah mampir mba
Hapusjangan banyak berharap diluar kemampuan..aja..
BalasHapuscita2 ama mengkhayal itu beda..
Yap, betul banget mba. Sesuai kemampuan aja biar ga kecewa hehe. Btw, makasih sudah mampir mba.
HapusArtikelnya bagus,
BalasHapusMembuat saya sebagai orang tua harus introspeksi lagi dalam mendidik anak. Kadang tanpa sengaja kita telah melukai hatinya. Bukan karena kesalahan mereka, tapi lebih sering karena ketidaksabaran kita dalam menghadapi mereka.
Terimakasih telah sharing :)
Terimakasih mas pujiannya hehe. Iya mas, tulisan ini pun sbg self reminder biar kelak anak bayi ga ngalamin kaya emaknya dulu. Btw,mksh sudah mampir lagi mas.
Hapus