Sebagai orangtua millenial yang punya anak generasi Z, saya selalu suka deh baca-baca maupun menghadiri talkshow tentang parenting gitu. Bukan karena apa-apa, karena sadar diri aja ilmu parentingnya masih kurang.
Alhamdulillahnya tanggal 16 Agustus kemarin saya berkesempatan hadir di acara Book Launch Digital Parenthink Mona Ratuliu yang diadakan di Lippo Mall Kemang, Jakarta Selatan.
Salah satu bahasan di buku digital parenthink |
Ternyata Lippo Mall Kemang jauh ya dari Stasiun Kebayoran, haha. Ya nggak jauh-jauh amat sih, lumayan jauh gitu maksudnya.
Btw acara kemarin itu sebelum launching bukunya dimulai, Mona Ratuliu cerita-cerita dulu kisah di balik pembuatan buku parentingnya.
Mona Ratuliu dan Novita Angie (sahabat plus moderator di acara kemarin) |
Nah, ternyata Digital Parenthink merupakan buku kedua Mona Ratuliu yang terbit pada tahun 2017 kemarin. Pada tahun 2015, Mona Ratuliu menerbitkan buku pertamanya yang berjudul Parenthink. Buku keduanya ini masih membahas tentang pola asuh anak, tapi bahasannya lebih fokus pada penggunaan gadget pada anak.
Semenjak punya anak dan merasa galau tentang metode pola asuh, Mona Ratuliu sering hadir ke acara seminar maupun pelatihan tentang parenting. Dulu, ilmu parenting yang didapat Mona Ratuliu disimpan di Twitter dalam bentuk live tweet. Karena merasa kurang puas dan kurang efektif, akhirnya Mona Ratuliu mencoba untuk bikin blog yang isinya mengulas tentang parenting yang ilmunya Mona dapatkan maupun dialami sendiri.
Setelah tulisan di blog mencapai ratusan, tercetuslah untuk bikin buku parenting. Waah, so inspiring ga sih? Ko, saya jadi pengen melanjutkan cita-cita yang tertunda untuk jadi penulis buku, haha. Tapi isi blognya gini-gini aja, nggak banyak yang isinya memberikan faedah untuk yang lain, huhu
Kalau alasan di balik terbitnya buku keduanya ini bermula dari kebingungan Mona sebagai seorang ibu dari tiga anak: Davina Shava Felisa (Mima), Barata Rahadian Nezar, dan Syanala Kania Salsabila, di tengah zaman dan perangkat teknologinya yang kian maju.
“Saya termasuk yang agak kewalahan mengejar perkembangan teknologi. Sebagai manusia yang pernah hidup di era sahabat pena, koleksi prangko, koleksi kaset, telepon umum, wartel, mesin ketik, dan hal ‘vintage’ lainnya, sungguh kadang saya merasa bingung dengan zaman ini,” Cerita Mona di sela-sela acara.
Di tengah kebingungannya, Mona sempet nyita gadget Mima, anak sulungnya yang saat itu nggak ada aktivitas lain selain megang gadget. Setelah disita dan mencoba mengalihkan kesibukannya, ternyata Mima jadi lebih produktif dengan menghasilkan sesuatu untuk mengisi waktu luangnya.
Dari sedikit kisah tadi yang diambil dari sekian kisah lainnya, dibikinlah Buku Digital Parenthink sebagai media untuk berbagi pola asuh ke sesama orangtua yang memiliki anak generasi Z yang kesehariannya dekat sekali dengan gadget.
Btw saya udah baca bukunya. Bukunya beres dibaca cuma satu hari karena emang isi nya bikin penasaran. Kalau buibu pengen beli bukunya, buat warming up bisa baca dulu resensi saya di sini hehe
Member MBC yang hadir. Thank you for having us |
Oh, iya. Di acara kemarin, hadir juga Naura dan Raffi Sudirman yang bercerita tentang cita-citanya dengan memanfaatkan teknologi gadget.
Intinya, gadget itu bagai pisau bermata dua. Bisa memberi manfaat, pun sebaliknya. Tinggal bagaimana kita menggunakannya.
Salam,
Yup, asal digunakan dengan baik dan tidak berlebihan, gadget juga banyak manfaatnya kok. Misal, untuk anak ABG, bisa buat berinteraksi dengan teman dan gurunya, discuss seputar pelajaran :)
BalasHapusSetuju, mba. Makanya sebenernya kita ga bisa larang 100% penggunaan gadget pada anak karena di sisi lain ada positifnya juga.
HapusAnak adalah investasi, teknologi mata pisau. Maka bunda adalah orang yang memegang kendali dan mengajarkan anak tentang teknologi
BalasHapusBener banget mpo
HapusBerawal dari blog kemudian jadi buku... Huaaa ikutin yuuk :)
BalasHapusInspiring ya mba. Jadi pengen ngikutin gitu :D
Hapus