Cara Mengelola Keuangan untuk Ibu Rumah Tangga

Bismillah. 

Assalamu'alaikum, Buibu. 

Buibu yang baru nikah ada? Kalian gimana sih btw cara mengelola keuangan keluarga?

Biasanya, nih, bagi pasangan suami istri yang baru nikah, atau minimal baru anak satu, kebanyakan masih belum nemu cara mengelola keuangan keluarga yang pas. 

Atau malah belum bisa ngatur keuangan?

Image source: pixabay.com

Nggak usah galau. Saya juga gitu pas awal-awal nikah. Eh malah pas anak baru setahunan masih belum paham juga. 

Gaji suami nggak ada sisa buat ditabung. Boro-boro mau investasi atau asuransi. Ngepas banget. 

Padahal punya kreditan barang cuma tiga ratusan per bulan, utang juga nggak punya saat itu. 

Malah pernah akhir bulan belanjanya mengandalkan sisa-sisa saldo e-money atau flazz, wkwkwk. 

Di rekening, sih, ada saldo, tapi nggak bisa diambil, hahaha. 

Kacau lah pokoknya. 

So semenjak itu, sebagai perempuan yang pengen melek literasi keuangan, akhirnya saya cari tau gimana cara kelola keuangan keluarga. 

Yaaah, minimal bisa nabung lah per bulan. Syukur-syukur bisa investasi juga. 

Setelah baca-baca beberapa postingan financial planner, plus pernah baca blogpost siapa gitu ya yang pernah bahas cara kelola keuangan keluarga. Lupa namanya. 

Akhirnya saya nemu caranya. 

Perlu digarisbawahi, saya freelancer as lifestyle blogger yang nggak punya penghasilan tetap. Jadi, keuangan yang saya kelola, full dari pemasukan suami. 

Fyi, anak saya masih kecil dan belum sekolah. Jadi kebutuhannya belum terlalu banyak. 

Cara saya mengelola keuangan begini. 

Langkah pertama, sepakati apakah pemasukan yang dihitung hanya dari suami (bila istri juga bekerja). Atau dari suami dan istri. 

Langkah ke dua, tentukan berapa gaji pokok suami per bulan. Gaji pokok aja, ya. Bonus-bonus nggak perlu dihitung. Atau total gaji suami istri per bulan. 

Langkah ke tiga, bikin catatan di buku/note. Tulis semua pengeluaran pasti beserta jumlahnya. Pengeluaran pasti itu seperti hutang, kredit, asuransi, investasi. 

Disebut pengeluaran pasti karena setiap bulannya  harus dibayar, yang mau nggak mau harus bayar. 

Langkah ke empat, hitung jumlah pengeluaran 
pasti berapa per bulannya. Misal setiap bulannya harus mengeluarkan Rp. 2.000.000.

Langkah ke lima, hitung sisa uang gaji setelah dikurangi pengeluaran pasti. Misal gaji per bulan Rp. 4.000.000, maka sisanya adalah Rp. 2.000.000

Langkah ke enam, sisa uang gaji dipakai untuk kebutuhan sehari-hari. Seperti makan, beli kuota internet, jajan, dan beli kebutuhan hidup lainnya. 

Langkah ke tujuh, catat di buku/note, berapa biaya untuk beli kuota internet, air minum, beras, listrik, gas kompor, dan bensin per bulan. Jumlah semuanya. 

Misal pengeluaran untuk kebutuhan di atas menghabiskan sekitar Rp. 700.000 per bulan. 

Langkah ke delapan, sisa uang yang Rp. 1.300.000 digunakan untuk kebutuhan makan sehari-hari selama sebulan. Atur sedemikian rupa biar cukup sampai gajian bulan depan. 

Cara ngaturnya gimana biar cukup?

Begini kalau saya .... 

Satu bulan ada empat minggu. Maka Rp. 1.300.000 dibagi 4 (minggu)  = Rp. 325.000

Berarti jatah uang makan per minggunya adalah Rp. 325.000

Lalu, dalam satu minggu ada tujuh hari. Maka Rp. 325.000 dibagi 7 (hari) = Rp. 46.428 an

Berarti, jatah uang makan per harinya adalah sekitar Rp. 46.428 an 

Jadiii, tinggal atur uang Rp. 46.428 an untuk makan anggota keluarga selama sehari. 

Seandainya misal uang Rp. 46.428 yang dibelanjakan buat masak hari ini masih nyisa, maka sisanya bisa disimpan untuk jajan, atau digunakan untuk membeli kebutuhan seperti kebutuhan mandi dan nyuci karena belum masuk anggaran. 

Kenapa kebutuhan mandi seperti sabun, pasta gigi, shampo, dan kebutuhan nyuci seperti deterjen, cairan cuci piring nggak masuk anggaran? 

Kalau saya, karena nggak perlu beli setiap bulan. Sekali beli, bisa abis sampai dua bulan. 

Jadi, silakan kondisikan masing-masing. Apakah perlu masuk anggaran atau nggak.

Makanya saya belinya pakai uang sisa-sisa dari belanja.

Alhamdulillahnya kalau uang sisa belanja saya, selain bisa untuk beli kebutuhan mandi dan nyuci, juga cukup untuk jajan, dan ditabung kecil-kecilan di celengan Tayo, haha.

Kenapa kecil-kecilan? Karena Alhamdulillah nggak punya cicilan kredit dan hutang, maka di langkah pertama saya menganggarkan sekian rupiah untuk ditabung sebagai pengeluaran pasti. 

Kalau dirinci berdasarkan presentase, pengeluaran keluarga saya seperti ini. 

45% kebutuhan hidup (makan, jajan, beli kuota internet, listrik, bensin, semuanya)

30% nabung dan investasi 

25% lain-lain (dana darurat, sedekah, dll) 

Begitulah kurang lebih cara saya mengelola keuangan keluarga. 

Oh, iya, kenapa judulnya Cara Mengelola Keuangan untuk Ibu Rumah Tangga? Ya karena saya IRT yang nggak punya penghasilan tetap, jadi pemasukan untuk kebutuhan sehari-hari mengandalkan pemasukan suami sepenuhnya.

Pemasukan saya sebagai freelancer, digunakan untuk kebutuhan saya sendiri. Seperti beli skincare, dll.

Btw tulisan ini hanya sharing, ya. 

Setiap rumah, punya dapurnya masing-masing. Jadi, silakan sesuaikan dengan kebutuhan dapurnya. 

Salam, 

Tidak ada komentar

Welcome to my second home, dan terima kasih sudah mampir ke rumah.