Tes... Tes...
Assalamu'alaikum, buibuuuuu....
Waaah, bulan Juli udah hampir memasuki pertengahan aja, nih.
Welcome, July. Semoga kita semua selalu dilimpahkan keberkahan. Aamiin.
Saya mau tjurhat boleh? Skip aja kalau nggak mau baca, wkwkwk.
Saya lagi kangen soalnya curhat di blog kaya dulu, tanpa mikirin seo, pv, da/pa, dll. Makanya beberapa bulan belakangan ini saya nggak ambil job nulis dulu, karena lagi jenuh nulis dikejar deadline.
Alhamdulillah bulan Juni udah lewat, artinya anak saya usianya pas tiga tahun di bulan Juni kemarin.
Berarti tandanya, saya jadi ibu rumah tangga itu udah tiga tahun juga. Waaaah, MasyaAllah.
Suka dukanya jadi IRT? Hem... Jangan tanya!
Banyaaaaaak, wkwkwk.
Sebelumnya sama sekali nggak membayangkan bahwa saya bakal jadi ibu rumah tangga, karena cita-cita saya jadi working mom yang sibuk di luar tapi tetap bisa mengurus anak saat di rumah nanti.
Tapi qodarullah, ternyata kenyataan ya begini, jadi fulltime mother yang bertugas 24/7.
Cape? Wajar! Namanya juga manusia.
Yang nggak wajar itu, kalau udah cape tapi tetep maksain diri buat 'kerja'.
Yaaah, sekali kali me time itu penting, buibuu. Biar apa? Biar nggak stres. Kalau udah stres, bisa bahaya buat jiwa raga sendiri maupun orang lain, terutama anak pastinya.
Nggak ada namanya ibu yang sempurna. Manusiawi banget kalau kita buibu rumah tangga yang punya anak kecil tanpa ART suka marah-marah, cepet cape, pengen sering me time, dll.
Ya iyalah, 24 jam selama tujuh hari kerjaannya urus kebutuhan anak, suami, dan rumah.
Jangan tanya kenapa nggak pake ART. Belum sanggup bayar, wkwkwk.
Tapi Alhamdulillah sih, meski kerjaan nggak kelar-kelar, ada suami yang kadang suka rela bantu nyapu dan ngepel rumah. Suami juga setahun belakangan ini memutuskan untuk nyuci bajunya sendiri dengan alasan mau ngeringanin tugas istri.
MasyaAllah, berasa jadi lebih ringan gitu kan tugasnya, hehe.
Tapi setelah dipikir-pikir, saya bersyukur juga jadi IRT selama ini. Karena kalau jadi working mom, tugas saya pasti jadi lebih berat.
Setelah pulang kerja paling enak ya istirahat, tapi kalau punya anak yang masih kecil? Tidak semudah itu.
Jadi, pasti inilah alasan doa saya pengen kerja lagi belum dikabulin. Karena saya belum mampu untuk manage waktu antara kerja dan urus anak.
Ya gimana, ya. Jadi IRT pun kadang sehari 24 jam itu kurang. Pengennya nambah jadi 25 jam biar ada istirahat lebih.
Ah! Memang, ya, yang terlihat baik itu belum tentu baik untuk kita, pun sebaliknya.
Kemampuan kita udah diukur oleh yang Maha Mengetahui.
Pilihan untuk jadi IRT atau working mom, nggak ada yang salah. Salah itu kalau lalai sama tugas dan kewajiban.
Nggak perlu nyinyir sama temen yang nitipin anaknya ke daycare atau ortu saat kerja. Juga ke buibu yang kerjaannya di rumah padahal latar belakang pendidikannya tinggi.
Semua keputusan sudah diambil dengan matang, juga pastinya ada campur tangan tuhan di sana.
Baik ibu bekerja maupun ibu rumah tangga, keduanya sama-sama wonder mom. Sama-sama butuh me time saat mumet, sama-sama pernah kangen masa-masa lajang, sama-sama mendapatkan pahala yang gede, daaaaan pastinya sama-sama menghasilkan duit meski beda sumber, wkwkwk.
Ibu rumah tangga penghasilannya dari mana? Ya dari suami atau usaha dari rumah. Iya, kan?
Jadi, bagaimana rasanya jadi IRT selama tiga tahun? Cukup satu kata, AMAZING.
Salam,
Tidak ada komentar
Welcome to my second home, dan terima kasih sudah mampir ke rumah.