Bismillah.
Assalamu'alaikum, Buibu. Bagaimana kabarnya?
Selamat Hari Ibu ya semuanya. Kita bisa, kita kuat 💪
Btw tadi pagi pas saya buka Facebook, ada seseibu yang menguji kesabaran, haha.
Coba liat screenshot postingan ini. Gemes, kan?
Imho, mau jadi anti vaksin gapapa banget. Saya hargai hak ibu-ibu yang nggak mau memvaksin anaknya.
Tapi tolong, jangan beropini macam-macam. Jangan kasih komentar yang kita sendiri pun belum tau kebenarannya apa.
Golongan mereka ini, apa pernah sekali aja gitu tabayyun dengan info yang mereka dapatkan.
Dapat broadcast vaksin mengandung babi, vaksin senjata Yahudi, vaksin menyebabkan autisme, atau vaksinasi adalah senjata untuk memasukkan chip ke tubuh, dll. Ajaibnya semua dipercaya tanpa tabayyun dulu.
Tabayyun dengan coba mencari tau/bertanya tentang kebenarannya ke ahlinya dulu misalnya. Atau minimal kalau memang belum tau harus mencari kebenarannya di mana, nggak perlu share tangkapan layar infonya ke sosmed pribadi lalu dikasih caption propaganda, dll.
Keliatan banget korban hoax nya you know.
Kenapa saya pro vaksin? Ya kenapa nggak!
Vaksinasi itu hak anak. Udah diatur di UU Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002 dan UU Kesehatan No.36 Tahun 2009.
"Kandungannya nggak halal", Kata seseibu. "Zaman nabi dulu nggak ada vaksinasi. Vaksin itu bid'ah, mau ikhtiar dengan thibbun nabawi aja."
Yaudah, case closed. Nggak mau jelasin panjang lebarlah kalau itu alasannya, karena ujung-ujungnya kita yang kalah.
"Kamu pro vaksin memangnya yakin kandungannya aman?"
Saya nggak punya kapasitas, wewenang, maupun kekuasaan untuk re-check kandungan vaksin. Ya buat apa juga, wong udah dicek sama ahlinya. Sudah memenuhi standar dan keamanan.
Karena saya nggak mungkin ngecek kandungan vaksin, makanya saya percaya dan manut sama ahlinya. Siapa? Tentu saja para ahli kesehatan.
Dokter-dokter yang menjadi rujukan saya dalam mengambil keputusan untuk vaksinasi anak di antaranya dr. Arifianto, Sp.A dan dr. Piprim Basaroh Yanuarso, Sp.A (K)
Mereka berdua yang concern sekali dalam menyampaikan informasi tentang betapa pentingnya vaksinasi anak.
"Itu mah dokternya non muslim kali."
Anda salah besar! Justru Dokter Apin dan Dokter Piprim beragama Islam, dan dari penampilannya terlihat nyunnah banget. Celana isbal, berjenggot, bahkan ada tanda hitam di jidat.
Hayooo ... Mau ngeles apa lagi?
Sebenarnya kalau mau kepo, saya pengen banget nanya ke Buibu anti vaksin, apa dan siapa rujukan mereka dalam mengambil keputusan untuk menjadi anti vaksin?
Dalil mana yang dipakai, kok keukeuh banget kalau vaksin itu haram, bid'ah, dll.
Tapi saya nggak mau berdebat, karena saya tau ujungnya bakal seperti apa.
Oh, iya. Ada satu dokter yang menjadi rujukan saya dalam memvaksin, yaitu dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc., Sp.PD.
Beliau Dokter Spesialis Penyakit Dalam, sekaligus Vaksinolog. Agamanya? Tentu saja beragama Islam.
Jauh-jauh beliau ke Eropa untuk mempelajari tentang vaksin, masa iya pulang ke Indonesia cuma mau nyebarin hoax tentang vaksin, hihi.
Intinya apa sih saya nulis ini? Intinya, monggo kalau kalian memang anti vaksin. Gapapa, karena itu hak kalian.
But please, jangan beropini macam-macam. Jangan berkomentar yang membuat kalian terlihat gampang dibodohi.
Harusnya kalian berterima kasih sama kami, para orang tua yang sadar akan pentingnya vaksinasi pada anak.
Berkat kami, cakupan vaksinasi menjadi tinggi dan membuat herd immunity terbentuk. Jadilah anak-anak kalian semua juga terproteksi sehingga tetep sehat.
Jadi nggak usah sombong, "Anak-anak saya nggak diimunisasi tapi sehat-sehat aja, tuh."
Nggak paham herd immunity? Coba nonton Upin dan Upin episode Hapuskan Virus. Di episode itu dijelaskan juga tentang herd immunity.
Penjelasannya dengan animasi, so lebih mudah dipahami.
Stop sebar hoax, ya. Tabayyun dulu dengan saring sebelum sharing.
Katanya mau nerapin thibbun nawawi, maka ikuti juga perintah Allah dalam Al-qur'an untuk bertabayyun dulu saat mendapatkan info apa pun. Setuju?
Salam,
Tidak ada komentar
Welcome to my second home, dan terima kasih sudah mampir ke rumah.